Sebagian besar perguruan tinggi mulai berbenah menuju Cyber University atau kampus digital. Mereka berharap, proses pembelajaran menjadi semakin efektif dan efisien dengan mengimplementasikan e-learning berbasis teknologi informasi (TI).
Seperti apa perkembangan e-learning di Indonesia?
Dengan e-learning, mahasiswa dapat mengakses bahan kuliah dan informasi lain melalui situs resmi kampus, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Namun, implementasi e-learning menuntut persiapan lebih besar dari dosen maupun mahasiswa.
Bagaimana tidak? Dosen harus stand by dengan internet untuk berdiskusi dengan mahasiswa atau menjawab pertanyaan mereka di mana pun.
Sebenarnya sudah ada kampus berbasis TI. Memang, sejak tahun 2000, terutama perguruan tinggi swasta (PTS) ini sudah mengembangkan e-learning dengan perpaduan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis TI, yang disebut Multi Channel Learning(MCL). MCL memiliki komponen Classroom Channel, ELearning, dan Self Study.
Sebagai contoh, dalam satu semester setidaknya 70% dilakukan tatap muka, selebihnya murni e-learning atau lazim disebut Off Class. Semua hal yang berkaitan dengan silabus perkuliahan dapat diunduh melalui situs resmi kampus, termasuk soal kuis dan tugas-tugas.
Classroom Channel sendiri adalah kuliah tatap muka di kelas, namun dosen tidak lagi menerangkan dengan buku. Melainkan melalui bahan kuliah yang tercantum dalam situs. Sehingga pada saat tatap muka, dosen akan membawa notebook yang kemudian ditampilkan di layar besar di depan kelas. Tentu cara belajar digital ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
Tampilan yang dihasilkan pun lebih nyata dan semakin memudahkan mahasiswa memahami isi materi. Bahkan, ada yang mengembangkan program Online Learning, di mana jumlah Off Class lebih banyak ketimbang jumlah tatap muka.
Mulai pendaftaran hingga hasil ujian, semua dapat diakses lewat internet. UNTAN Membangun Ekosistem Digital Menuju Cyber University sudah pemanfaatan TI. Di samping portal online, universitas ini melengkapi fasilitas yang ada di setiap ruang kelas dengan komputer dan proyektor digital.
Dosen tinggal meng-upload materi perkuliahan untuk satu semester dan mahasiswa bisa mengunduhnya. Di situs resminya, juga dilengkapi dengan kalender akademik dan dibagi berdasarkan fakultas dan jurusan, yang kemudian dipecah lagi menjadi mata kuliah dan berdasarkan pertemuan tatap muka.
Dengan adanya sistem ini, mahasiswa dapat mengumpulkan tugas selama 24 jam dan dapat bergabung dalam forum yang memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dengan teman sekelas di mana pun mereka berada.
Terobosan lebih besar terjadi di tempat lain. Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) merancang sebuah produk e-learning yang dinamakan National Education Exchange Technology (NEXT). Sistem ini merupakan kuliah jarak jauh yang bisa diambil mahasiswa dari perguruan tinggi lain.
Semisal mahasiswa STMIK Nusa Mandiri ingin mengambil mata kuliah tertentu di kampus Universitas Indonesia (UI), mahasiswa tersebut dapat mengikuti program NEXT ini hanya dengan cara mendaftar ke UI lewat STMIK Nusa Mandiri. Nilai yang akan didapatkan berasal dari dosen UI dan setelah lulus mahasiswa akan mendapat ijazah tambahan dari UI yang menerangkan mahasiswa bersangkutan telah mengambil mata kuliah pilihan di UI.
Program NEXT ini dapat diikuti dengan dua cara. Sinkronus dan Asinkronus. Cara Sinkronus bersifat real time dan mahasiswa mendapatkan pendampingan dosen.
Dalam cara Asinkronus, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri tanpa kehadiran dosen secara langsung melalui materi yang sudah direkam. Sejauh ini, baru perguruan tinggi yang bergabung dengan APTIKOM saja yang dapat mengikuti program NEXT.
Dengan e-learning, mahasiswa dapat mengakses bahan kuliah dan informasi lain melalui situs resmi kampus, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Namun, implementasi e-learning menuntut persiapan lebih besar dari dosen maupun mahasiswa.
Bagaimana tidak? Dosen harus stand by dengan internet untuk berdiskusi dengan mahasiswa atau menjawab pertanyaan mereka di mana pun.
Sebenarnya sudah ada kampus berbasis TI. Memang, sejak tahun 2000, terutama perguruan tinggi swasta (PTS) ini sudah mengembangkan e-learning dengan perpaduan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis TI, yang disebut Multi Channel Learning(MCL). MCL memiliki komponen Classroom Channel, ELearning, dan Self Study.
Sebagai contoh, dalam satu semester setidaknya 70% dilakukan tatap muka, selebihnya murni e-learning atau lazim disebut Off Class. Semua hal yang berkaitan dengan silabus perkuliahan dapat diunduh melalui situs resmi kampus, termasuk soal kuis dan tugas-tugas.
Classroom Channel sendiri adalah kuliah tatap muka di kelas, namun dosen tidak lagi menerangkan dengan buku. Melainkan melalui bahan kuliah yang tercantum dalam situs. Sehingga pada saat tatap muka, dosen akan membawa notebook yang kemudian ditampilkan di layar besar di depan kelas. Tentu cara belajar digital ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
Tampilan yang dihasilkan pun lebih nyata dan semakin memudahkan mahasiswa memahami isi materi. Bahkan, ada yang mengembangkan program Online Learning, di mana jumlah Off Class lebih banyak ketimbang jumlah tatap muka.
Mulai pendaftaran hingga hasil ujian, semua dapat diakses lewat internet. UNTAN Membangun Ekosistem Digital Menuju Cyber University sudah pemanfaatan TI. Di samping portal online, universitas ini melengkapi fasilitas yang ada di setiap ruang kelas dengan komputer dan proyektor digital.
Dosen tinggal meng-upload materi perkuliahan untuk satu semester dan mahasiswa bisa mengunduhnya. Di situs resminya, juga dilengkapi dengan kalender akademik dan dibagi berdasarkan fakultas dan jurusan, yang kemudian dipecah lagi menjadi mata kuliah dan berdasarkan pertemuan tatap muka.
Dengan adanya sistem ini, mahasiswa dapat mengumpulkan tugas selama 24 jam dan dapat bergabung dalam forum yang memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dengan teman sekelas di mana pun mereka berada.
Terobosan lebih besar terjadi di tempat lain. Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM) merancang sebuah produk e-learning yang dinamakan National Education Exchange Technology (NEXT). Sistem ini merupakan kuliah jarak jauh yang bisa diambil mahasiswa dari perguruan tinggi lain.
Semisal mahasiswa STMIK Nusa Mandiri ingin mengambil mata kuliah tertentu di kampus Universitas Indonesia (UI), mahasiswa tersebut dapat mengikuti program NEXT ini hanya dengan cara mendaftar ke UI lewat STMIK Nusa Mandiri. Nilai yang akan didapatkan berasal dari dosen UI dan setelah lulus mahasiswa akan mendapat ijazah tambahan dari UI yang menerangkan mahasiswa bersangkutan telah mengambil mata kuliah pilihan di UI.
Program NEXT ini dapat diikuti dengan dua cara. Sinkronus dan Asinkronus. Cara Sinkronus bersifat real time dan mahasiswa mendapatkan pendampingan dosen.
Dalam cara Asinkronus, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri tanpa kehadiran dosen secara langsung melalui materi yang sudah direkam. Sejauh ini, baru perguruan tinggi yang bergabung dengan APTIKOM saja yang dapat mengikuti program NEXT.
Menuju Cyber University (Kampus Digital)